KONSTRUKSI MASKULINITAS DALAM FILM MERANTAU (ANALISIS WACANA FILM MERANTAU"

Penelitian ini mencoba menganalisis mengenai bagaimana konstruksi maskulinitas dalam film Merantau melalui analisis wacana pada film tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana maskulinitas dikonstruk di dalam film dengan melihat pemposisian subjek-objek dan pembaca di dalam film. Menggunakan kerangka pemikiran atau konsep yang menganggap film sebagai teks membuat film bisa dianalisa secara lebih mudah. Untuk menganalisis sendiri menggunakan metode analisis wacana Sara Mills yang memfokuskan pada bagaimana dan siapa yang diposisikan sebagai subjek atau objek serta posisi pembacanya. Hasil penelitian ini sendiri menguraikan bahwa sosok maskulin laki- laki minang itu adalah laki-laki yang (1) Mereka pergi dari rumah dan mencari penghidupannya sendiri, (2) Suka menolong (menjadi "palito" pelita dalam hidupnya untuk orang lain), (3) Pandai silat serta (4) Mampu mambangkik batang tarandam (istilah Minang yang berarti mengangkat derajat baik materi maupun non materi). Kemudian sosok maskulin laki-laki sebagai seorang pahlawan itu adalah laki-laki yang protektif dan jago silat. Dan penampilan atau ciri laki - laki maskulin di dalam film adalah laki-laki yang baik, protekif (baca: pahalawan). Serta melalui penampilan (pakaiannya) mencerminkan sifatnya yang suka tantangan atau memiliki jiwa petualang.