MUHAMMAD FATHI (2025) URGENCY OF INDONESIA PRESIDENTIAL INSTITUTION LAW:A COMPARATIVE STUDY OF TAIWAN, THE UNITED STATES,AND SOUTH KOREA. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
|
Text (Halaman Judul)
Halaman Judul.pdf Download (805kB) |
|
|
Text (Lembar Pengesahan)
Lembar Pengesahan.pdf Restricted to Registered users only Download (380kB) |
|
|
Text (Abstrak)
Abstrak.pdf Restricted to Registered users only Download (168kB) |
|
|
Text (Bab I)
Bab I.pdf Download (277kB) |
|
|
Text (Bab II)
Bab II.pdf Restricted to Registered users only Download (312kB) |
|
|
Text (Bab III)
Bab III.pdf Restricted to Registered users only Download (202kB) |
|
|
Text (Bab IV)
Bab IV.pdf Restricted to Registered users only Download (828kB) |
|
|
Text (Bab V)
Bab V.pdf Restricted to Registered users only Download (175kB) |
|
|
Text (Daftar Pustaka)
Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (319kB) |
|
|
Text (Lampiran)
Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (770kB) |
|
|
Text (Naskah Publikasi)
Naskah Publikasi.pdf Restricted to Registered users only Download (538kB) |
|
|
Text (Full Text)
Full Text.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Lembaga kepresidenan memegang peran sentral dalam tata kelola pemerintahan, khususnya dalam sistem presidensial di mana kepala negara dan kepala pemerintahan berada pada satu tangan. Namun, hukum di Indonesia belum memiliki kerangka hukum yang komprehensif untuk mengatur lembaga kepresidenan, sehingga menimbulkan kekaburan kewenangan, risiko hiperpresidensialisme, dan meningkatnya konflik kepentingan. Penelitian ini mengkaji urgensi pembentukan Undang-Undang tentang Lembaga Kepresidenan di Indonesia melalui metode yuridis normatif dan studi perbandingan dengan Taiwan, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa meskipun hukum Indonesia telah meresmikan sistem presidensial, regulasi tersebut belum mampu mencegah penyalahgunaan kekuasaan eksekutif dan munculnya dinasti politik, yang sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya kejelasan normatif mengenai peran, kewajiban etik, dan batas kelembagaan presiden. Sebaliknya, Amerika Serikat telah memperkenalkan inisiatif baru seperti Rancangan UndangUndang Konflik Kepentingan Presiden 2023 dan Rancangan Undang-Undang Reformasi Etika Kepresidenan 2024, sementara Taiwan dan Korea Selatan memiliki perangkat hukum yang mengatur transisi kekuasaan, keadaan darurat, dan etika jabatan presiden. Studi ini menegaskan bahwa Indonesia mendesak untuk memiliki undang-undang khusus yang mengatur struktur lembaga kepresidenan, membedakan dua fungsi utamanya, dan melembagakan mekanisme pembatasan kekuasaan. Undang-undang tersebut akan mampu mencegah kemunduran demokrasi serta memperkuat akuntabilitas, transparansi, dan pemerintahan yang etis. Penelitian ini merekomendasikan adopsi praktik terbaik dari negara lain untuk membentuk fondasi hukum yang kuat bagi lembaga kepresidenan Indonesia.
| Dosen Pembimbing: | Iwan Satriawan, Prof., S.H., MCL., Ph.D. | NIDN0506077001 |
|---|---|
| Item Type: | Thesis (S1) |
| Uncontrolled Keywords: | hyper-presidentialism; presidential institution; South Korea; Taiwan; United States |
| Divisions: | Fakultas Hukum > S1 Hukum |
| Depositing User: | Bima |
| Date Deposited: | 01 Aug 2025 01:26 |
| Last Modified: | 01 Aug 2025 01:26 |
| URI: | https://etd.umy.ac.id/id/eprint/51971 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
