WIDYA AYU MANANTIKA (2025) KETERBUKAAN DIRI ANAK BROKEN HOME DENGAN ORANG TUA SINGLE PARENT. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
|
Text (Halaman Judul)
Halaman Judul.pdf Download (902kB) |
|
|
Text (Lembar Pengesahan)
Lembar Pengesahan.pdf Restricted to Registered users only Download (706kB) |
|
|
Text (Abstrak)
Abstrak.pdf Restricted to Registered users only Download (187kB) |
|
|
Text (Bab I)
Bab I.pdf Download (475kB) |
|
|
Text (Bab II)
Bab II.pdf Restricted to Registered users only Download (156kB) |
|
|
Text (Bab III)
Bab III.pdf Restricted to Registered users only Download (630kB) |
|
|
Text (Bab IV)
Bab IV.pdf Restricted to Registered users only Download (126kB) |
|
|
Text (Daftar Pustaka)
Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (178kB) |
|
|
Text (Lampiran)
Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (493kB) |
|
|
Text (Naskah Publikasi)
Naskah Publikasi.pdf Restricted to Registered users only Download (327kB) |
|
|
Text (Full Text)
Full Text.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan peran keterbukaan diri dalam menjaga hubungan harmonis antara anak dan orang tua pada keluarga broken home dengan pola asuh single parent. Anak korban perceraian kerap mengalami hambatan komunikasi, ketidakstabilan emosi, dan kecenderungan menutup diri. Fokus penelitian ini adalah proses keterbukaan diri antara anak dan orang tua tunggal serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, penelitian melibatkan enam informan dari lingkungan perkotaan. Hasil menunjukkan bahwa keterbukaan diri terjadi secara bertahap, dimulai dari percakapan sehari-hari hingga pengungkapan perasaan secara selektif. Faktor-faktor penentu keterbukaan meliputi kepercayaan, pola komunikasi keluarga, pengalaman masa lalu, waktu kebersamaan, dan dukungan emosional. Secara spesifik, temuan menunjukkan bahwa pasangan informan A-B berada pada tahap pertukaran stabil, dengan keterbukaan yang menyeluruh dan konsisten. Sementara itu, pasangan informan C-D dan E-F berada pada tahap pertukaran afektif, di mana keterbukaan masih bersifat selektif dan terbatas pada situasi tertentu. Meskipun demikian, anak tetap membatasi keterbukaan terhadap isu sensitif demi menjaga keharmonisan hubungan. Temuan ini menekankan pentingnya peran orang tua dalam menciptakan ruang komunikasi yang aman dan empatik, serta perlunya dukungan dari lembaga pendidikan atau konseling. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penguatan komunikasi dalam keluarga broken home.
| Dosen Pembimbing: | Suciati, Prof. Dr., S.Sos.,M.Si. | NIDN0513047201 |
|---|---|
| Item Type: | Thesis (S1) |
| Uncontrolled Keywords: | Self-Disclosure, Parent-Child Relationship, Family Communication, Broken Home Family, Social Penetration Theory |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > S1 Ilmu Komunikasi |
| Depositing User: | Bima |
| Date Deposited: | 25 Aug 2025 03:28 |
| Last Modified: | 25 Aug 2025 03:28 |
| URI: | https://etd.umy.ac.id/id/eprint/52943 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
