PENGARUH PERBEDAAN DOSIS ELECTROCAUTERY DAN SCALPEL TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JARINGAN MUKOSA PASCASIRKUMSISI PADA LAKI-LAKI

RIDYAHNINGTYAS SINTOWATI (2013) PENGARUH PERBEDAAN DOSIS ELECTROCAUTERY DAN SCALPEL TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JARINGAN MUKOSA PASCASIRKUMSISI PADA LAKI-LAKI. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

[thumbnail of Halaman Judul] Text (Halaman Judul)
Halaman Judul.pdf

Download (130kB)
[thumbnail of Bab I] Text (Bab I)
Bab I.pdf

Download (62kB)
[thumbnail of Bab II] Text (Bab II)
Bab II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (324kB)
[thumbnail of Bab III] Text (Bab III)
Bab III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (61kB)
[thumbnail of Bab IV] Text (Bab IV)
Bab IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (274kB)
[thumbnail of Bab V] Text (Bab V)
Bab V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (56kB)
[thumbnail of Lampiran] Text (Lampiran)
Lampiran.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (116kB)

Abstract

Sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, yaitu cara memotong seluruh atau sebagian prepusium penis atas indikasi dan tujuan tertentu. Metode sirkumsisi yang dapat digunakan mulai dari metode konvensional hingga metode non-konvensional contohnya Electrocautery. Electrocautery memiliki beberapa kelebihan, disbanding metode konvensional, seperti menghemat waktu pengerjaan, perdarahan minimal, dan nyeri yang timbul lebih ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan dosis Electrocautery dibandingkan dengan Scalpel ditinjau dari kerusakan jaringan mukosa atau aspek histologinya. Desain penelitian pada penelitian ini adalah post test experimental dengan menggunakan 24 preparat preputium dari 18 sampel yang diberi perlakuan sirkumsisi menggunakan Electrocautery dan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu dosis rendah (25W), sedang (50W), tinggi (75W), serta 6 sampel lainnya dengan menggunakan Scalpel yang berperan sebagai kontrol. Tingkat kerusakan jaringan diukur dengan mengukur luas nekrosis, luas dilatasi pembuluh darah, perdarahan, reaksi inflamasi, dan kedalaman kerusakan. Data hasil pengukuran tingkat kerusakan jaringan mukosa yang dianalisis deskriptif menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna meskipun pada hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya perbedaan antar dosis perlakuan dan kontrol. Hasil analisis data luas nekrosis dan luas dilatasi pembuluh yang dianalisis menggunakan Kruskal Wallis menunjukkan nilai p dari nekrosis p=0.016, sedangkan pada luas dilatasi pembuluh darah p=0,795. Oleh karena nilai p pada nekrosis menunjukkan hasil yang signifikan, maka untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara dosis Electrocautery dan Scalpel terhadap tingkat kerusakan jaringan mukosa terkait dengan nekrosis jaringan dilakukan uji Mann Whitney. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan nilai p<0,05 yang artinya terdapat pengaruh perbedaan antara dosis Electrocautery dan Scalpel terhadap tingkat kerusakan jaringan mukosa pascasirkumsisi pada laki-laki berupa luas nekrosis. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dosis Electrocautery dan Scalpel terhadap tingkat kerusakan jaringan mukosa yang berupa luas nekrosis.
Kata Kunci: sirkumsisi, Electrocautery, kerusakan jaringan mukosa preputium.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: SIRKUMSISI, ELECTROCAUTERY, KERUSAKAN JARINGAN MUKOSA PREPUTIUM.
Divisions: Fakultas Kedokteran > Kedokteran S1
Depositing User: Unnamed user with email robi@umy.ac.id
Date Deposited: 24 Jun 2022 09:00
Last Modified: 24 Jun 2022 09:00
URI: https://etd.umy.ac.id/id/eprint/13855

Actions (login required)

View Item
View Item