HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN GAMPING DAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

*11 Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Jumlah kasus DBD di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dari tahun 2005 sampai tahun 2012 menunjukkan angka kejadian tinggi tetap tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan kejadian DBD di suatu tempat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan peran tingkat pengetahuan, perilaku, dan sosial ekonomi terhadap kejadian DBD di Kecamatan Gamping dan Depok. Metode: Desain case control study. Sampel terdiri dari 136 kepala keluarga yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Sampel tersebut terdiri dari 68 kepala keluarga di Kecamatan Gamping dan 68 kepala keluarga di Kecamatan Depok yang masing-masing dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus terdiri dari kepala keluarga yang dirinya sendiri atau anggota keluarganya pernah menderita DBD pada tahun 2013, sedangkan kelompok kontrol terdiri dari kepala keluarga yang dirinya atau keluarganya tidak menderita DBD. Responden diberi kuesioner yang berisi data diri beserta pekerjaan, pendidikan, pendapatan responden, dan pertanyaan meliputi pengetahuan dan perilaku dalam pencegahan DBD. Penelitian dilakukan selama Mei sampai September 2014. Data diperoleh dari penghitungan skor kuesioner pengetahun, perilaku, dan sosial ekonomi responden yang melipti pendidikan, perilaku, dan pendapatan. Hasil: Hasil analisis Chi Square skor tingkat pengetahuan di Kecamatan Gamping pada kelompok kasus yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD (p=0,000) dengan keeratan sedang (r=0,453), sedangkan di Kecamatan Depok pada kelompok kasus tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD (p=0,420). Hasil analisis Chi Square skor perilaku di Kecamatan Gamping pada kelompok kasus yaitu terdapat hubungan antara perilaku dengan kejadian DBD (p=0,000) dengan keeratan erat (r=0,653), dan di Kecamatan Depok pada kelompok kasus terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD (p=0,000) dengan keeratan yang tidak erat (r=0,396). Hasil analisia Chi Square skor tingkat pendidikan di Kecamatan Gamping dan Depok tidak menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian DBD dengan p berturut-turut 0,194 di Kecamatan Gamping dan 0,801 di Kecamatan Depok. Hasil analisia Chi Square skor pekerjaan di Kecamatan Gamping dan Depok tidak menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian DBD dengan p berturut-turut 0,568 di Kecamatan Gamping dan 0,422 di Kecamatan Depok. Hasil analisia Chi Square skor tingkat pendapatan di Kecamatan Gamping dan Depok tidak menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian DBD dengan p berturut-turut 0,57 di Kecamatan Gamping dan 0,883 di Kecamatan Depok. Kesimpulan: Hanya tingkat pengetahuan di Kecamatan Gamping yang berhubungan dengan kejadian DBD, ada hubungan perilaku di Kecamatan Gamping dan Depok, serta tidak ada hubungan sosial ekonomi terhadap kejadian DBD di Kecamatan Gamping dan Depok.