UPAYA MEMBONGKAR HEGEMONI VATIKAN (STUDI KASUS NOVEL THE DA VINCI CODE)

Dalam realitas politik Negara selalu identik dengan kekuasaan dan untuk inempertahankan kekuasaan Negara akan melakukan banyak hal diantaranya melalui strategi hegemoni. Hegemoni merupakan pernenangan kelas berkuasa lewat penguasaan basis-basis pikiran kognitif, kcmampuan kritis dan kemampuan —kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kcsadaran masyarakat tentang masalah-maslah sosial kc dalam pola keangka pikiran yang ditentukan oleh birokrasi. Strategi ini juga yang dilakukan Vatikan untuk mempertahankan kekuasaannya. Meskipun Vatikan merupakan Negara terkecil di dunia tetapi vatifican mempunyai kuasa sipil-duniawi sekaligus penguasa spiritual akan seluruh unietnya di scluruh dunia. Dan memegang otoritas untuk mcnentukan arti kebenaran akan jaran-ajaranya atas umatnya di scluruh dunia secara mutlak yang ini tertuang dalam dolctrin infabilitas. Doktrin infabilitas adalah dolctrin yang menyatalcan bahwa apabila paus berbicara tentang iman dan moral dalam kapasitasnya sebagai kepala gereja katolik Roma maka ia tidak dapat salah karena perlindungan ilahi. Inilah yang alchlinya menjadikan vatikan menjadi the only institution yang mempunyai otoritas untuk menentukan arti kebenaran atas ajarannya kepada umatnya di seluruh dunia dan hal tersebut juga di institusikan dalam susunan hirarki gereja dan kependetaan. Proses ini sudah berlangsung sekitar 2000 tahun. Sekarang ketika zamart bnrckcmhang rasionalitas dan fakta menjadi tolak ukur kebenaran, dan dogma sudah bcrani di perdebatkan oleh banyak orang, kritikan pun tidak bisa dihindarkan. Salah satunya adalah kritikan melalui medium budaya soperti buku, novel dan film. Diantara sckian kritik yang dilontarIcan untuk Vatikan melalui medium budaya, salah satu yang banyak diperbincangkan dan menjadi kontroversial dimana•mana adalah novel The Da Vinci Code, yang memberilcan cerita kebenaran akan Tuhan Yesus dalam ajaran Katolik versi ilmuwan yang berbeda dengan kebenaran yang selama 2000 tahun diklaim gereja. llal tersebut memperlihatkan bahwa hegemoni yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan, suatu saat akan di counter hegemoni oleh pihak yang lain, apalagi jika didalam tubuh pemegang kekuasaan terjadi krisis dan tidalc mampu mempertahankan kharismanya.