UNJUK KERJA MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL NYAMPLUNG DAN BIODIESEL SAWIT DENGAN KOMPOSISI 4:1

Kebutuhan terhadap bahan bakar fosil salah satunya pada bahan bakar
solar semakin hari semakin meningkat. Seiring dengan berkembangnya
teknologi serta meningkatnya jumlah penduduk yang dapat menyebabkan
terjadi kelangkaan. Cara untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
adalah dengan cara menggunakan bahan bakar alternatif guna mengurangi
konsumsi bahan bakar solar. Salah satu bahan bakar alternatif yang memiliki
potensi besar adalah biodiesel dengan bahan baku minyak nyamplung dan
minyak sawit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
bahan bakar biodiesel minyak nyamplung dan minyak sawit meliputi
karakteristik injeksi, daya dan konsumsi bahan bakar spesifik.
Tahapan awal yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pembuatan
biodiesel dari bahan baku minyak nyamplung dan minyak sawit, bahan baku
tersebut kemudian dibuat biodiesel melalui proses degumming, esterifikasi dan
transesterifikasi. Setelah dilakukan pengolahan, kedua minyak tersebut
dilakukan proses pencampuran dengan perbandingan 4:1. Campuran minyak
biodiesel tersebut divariasikan dengan minyak solar menjadi B5, B10, B15,
B20. kemudian diuji sifat fisiknya diantaranya viskositas (cSt), densitas (g/ml),
flashpoint (oC), dan nilai kalor (cal/g), pengujian mesin diesel, dan karakteristik
injeksi. Kemudian melalukan pengolahan data, analisis data, dan kesimpulan,
Seluruh pengujian tersebut dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin UMY.
Hasil penelitian menunjukkan pengujian karakteristik injeksi
menunjukkan bahwa panjang semprotan tertinggi yakni pada bahan bakar B20
tetapi memiliki sudut penetrasi terkecil. Sedangkan untuk panjang semprotan
penetrasi terpendek yakni pada bahan bakar Solar tetapi memiliki sudut
penetrasi terbesar. Kemudian daya paling tinggi adalah solar sebesar 1.5633
kW pada pembebanan 2500 watt. Pengujian konsumsi bahan bakar spesifik
menunjukkan bahwa hasil konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) secara
keseluruhan terendah terjadi pada bahan bakar solar, sedangkan pada bahan
bakar B20 memiliki angka konsumsi bahan bakar spesifik(SFC) yang paling
tinggi disemua pembebanan diantara semua sampel bahan bakar yang diujikan