GAMBARAN STATUS GINGIVITIS PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB KOTA YOGYAKARTA

Latar belakang: Prevalensi gingivitis di Indonesia telah mencapai urutan kedua tertinggi setelah karies. Masalah kesehatan gigi dan mulut tidak jarang mengenai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus cenderung memiliki kebersihan gigi dan mulut yang buruk, sehingga memiliki resiko tinggi mengalami gingivitis dibandingkan dengan anak normal. Anak tunanetra, tunagrahita, autis, dan tunaganda memiliki gangguan perkembangan baik secara fisik, emosional, dan mental, sehingga mereka membutuhkan penanganan khusus dari orang sekitarnya. Tujuan: Mengetahui gambaran status gingivitis pada anak berkebutuhan khusus di SLB Kota Yogyakarta. Metode: Oberserver dilakukan oleh satu orang. Jenis dan Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan observasional dekriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 576 responden dengan kriteria inklusi sebanyak 434 responden dan diambil secara representative menggunakan metode proporsional stratified random sampling sebanyak 88 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan status kesehatan gingiva, yang diukur secara visual menggunakan Modified Gingival Index (MGI) menurut Lobene. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi. Hasil: Menunjukkan bahwa gingivitis ringan terdapat 39 anak (44,3%), gingivitis sedang terdapat 43 anak (48,9%), dan gingivitis berat terdapat 6 anak (6,8%). Kesimpulan: Menunjukkan bahwa prevalensi gingivitis pada anak berkebutuhan khusus sebanyak 88 anak (100%), paling banyak mengalami gingivitis sedang sebanyak 43 anak (48,9%). Berdasarkan jenis ketunaan paling banyak dialami oleh anak tunagrahita, yaitu gingivitis sedang sebanyak 34 anak (79,1%).