PENGARUH KEPEMIMPINAN RAJA SALMAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN ARAB SAUDI DENGAN QATAR TAHUN 2015-2017

Tulisan ini mencoba mendiskusikan dan membuktikan bahwa peristiwa pemutusan hubungan diplomatik tentunya tak lepas dari campur tangan pemimpin negara, terlebih Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan sistem pemerintahan yang monarki absolut, sehingga Raja memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan unit analisa individu. Sedangkan kerangka pemikirannya menggunakan teori idiosinkratik. Dengan menggunakan model analisa teori idiosinkratik, terdapat dua indikator yang dapat menganalisa Raja Salman terkait kebijakan yang dikeluarkan. Pertama, ego dan ambisi. Terkait ego, Raja Salman berkepentingan untuk menjaga kelangsungan ideologi keagamaan negara. Kemudian, berkaitan dengan ambisi, Raja Salman berkeinginan menjadikan Arab Saudi sebagai pemimpin dunia Islam. Kedua, persepsi. Raja Salman memandang bahwa keamanan kawasan akan terganggu dengan adanya eksistensi kelompok-kelompok Islam garis keras yang didukung oleh Qatar.