Gambaran Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Penggunaan Standar Peralatan dalam Penjahitan Luka di Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Proses penyembuhan luka dapat dibantu dengan cara menjahit luka.
Berbagai komplikasi seperti overlapping, nekrosis, infeksi, hematoma, dead
space, sinus, dehisensi, dan abses dapat terjadi apabila proses penjahitan luka
tidak dilakukan sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) dan standar peralatan
yang ada. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
SPO dan standar peralatan dalam penjahitan luka di Instalasi Gawat Darurat RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non analitik jenis evaluatif.
Sampel penelitian ini terdiri dari 33 tindakan penjahitan luka di IGD RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 dan Unit 2 sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan penjahitan luka sudah
sesuai dengan SPO yang ada yaitu 66,670 dan hanya 33,3”o. Pada tahap pra
interaksi dan orientasi 12Yo sudah sesuai dan 886 tidak sesuai, tahap kerja 100Y4
sudah sesuai, dan tahap terninasi 63,6Yo sudah sesuai dan 36,4Y5 tidak sesuai
SPO. Sedangkan penggunaan peralatan sudah 100Y46 sesuai standar peralatan yang
ada. Penggunaan peralatan medis 10096 sudah sesuai, kemudian peralatan non
medis 87,9Y4 sudah sesuai dan 12,1”o tidak sesuai dengan standar peralatan yang
ada.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
tindakan sudah sesuai dengan SPO dan semua penggunaan peralatan sudah sesuai
dengan standar peralatan yang ada. Saran bagi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yaitu melakukan evaluasi SPO dan standar peralatan secara berkala
dan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perawat yang melakukan
tindakan secara berkala.

Kata kumei- Standar Prasedur Onerasional (SPO) Standar peralatan. Peniahitan
�

ABSTRACT

Wound healing process can be aided by wound hecting. Various
complications such as overlapping, necrosis, infection, hematoma, dead space,
sinus, dehiscence, and abscesses can occur when wound hecting not performed
according to Standard Operating Procedures (SOP) and standard eguipment. The
purpose of this study was to describe the implementation of SOP and the use of
standard eguipment in wound hecting at Emergency Room PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Hospital.

This study was a descriptive study use non-analytical type of evaluarive.
The study sample consisted of 33 actions wound hecting in the Emergency Room
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 and Unit 2 Hospital in accordance with
the inclusion and exclusion criteria. Sampling technigue used accidental
sampling.

The research showed that wound hecting implementation was in
compliance with the existing SOP 66,6746 and only 33.346 are not appropriate
with SOP. At the pre-interaction and orientation phase 1296 was appropriate and
8846 not appropriate, 10046 working phase was appropriate, and the termination
phase 63.646 was appropriate and 36.446 not appropriate to the SOP. The used of
ihe eguipment was 10046 compliant with standard eguipment. The used of
medical eguipment 1004 was appropriate, and non-medical eguipment 87.946
was appropriate and 12.146 not appropriate to the standard eguipment.

Based on the results of this study concluded that most of the action was in
accordance with SOP and all use of the eguipment is in conformity with the
standards of the existing eguipment. Suggestions for RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta are to evaluate SOP and standard eguipment regularly and to provide
guidance and supervision to nurses who take action regularly.

�