EVALUASI KLINIK PENATALAKSANAAN SINDROM DIARE PADA WANITA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Penyakit Diare sampai saat ini masih merupakan permasalahan di berbagai negara dunia, terutama negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah termasuk Indonesia. Diare adalah penyakit yang tidak berbahaya akan tetapi dapat mendatangkan kematian bila didukung keadaan-keadaan yang kurang menguntungkan sebagai faktor resiko seperti umur, jenis kelamin, gejala klinis, gizi,gejala penyerta, dan penatalaksanaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Insidensi penderita Diare yang dirawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama periode Januari-Juni 2005 serta distribusinya menurut faktor-faktor resiko. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat Retrospektif dengan melihat status pasien di bagian rekam medik terhadap semua penderita Diare yang dirawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama periode Januari-Juni 2005. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita Diare sebanyak 100 anak dengan kasus Insidensi Diare akut 100 kasus (100 96).. Dari jumlah tersebut 53 penderita (53,00 Yo) anak laki-laki dan 47 penderita (47,00 Yo) anak perempuan. Kejadian Diare terbanyak pada umur 1-2 tahun, sebanyak 65 anak (65,00 46) dengan derajat Diare akut. Dilihat dari suhu tubuh penderita didapat hasil terbanyak pada suhu tubuh normal (360 C) yaitu sebanyak 79 anak (79,00Y6). Sedangkan dari gejala klinis kasus muntah paling banyak ditemui, yaitu 54 anak (54,006), dan dari profil faeses kasus terbanyak adalah pada faeses berbentuk cair sebesar 87 anak (87,0096). Sebagian besar penderita tidak mengalami penyakit penyerta (71 anak, atau 71,006), berat badan antara 3-9,9 kg adalah yang terbanyak ditemui pada kasus diare balita di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu sebesar 41 anak (41,0096). Kemudian dari uji x2 didapat adanya hubungan yang signifikan antara derajat dehidrasi dan pemberian cairan (dalam penelitian ini adalah oralit), yang ditunjukkan oleh angka probability (p) Pearson Chi-Sguare sebesar 0,001 « 5Y4 (taraf signifikan), sehingga disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian cairan (dalam penelitian ini adalah oralit) dengan tingkat dehidrasi, yang berarti bahwa oralit masih digunakan sebagai terapi pengganti cairan yang hilang terutama pada diare sedang dan berat. Diteliti juga hubungan antara makroskopis faeses dan pemberian antibiotik, didapat tidak ada hubungan yang signifikan antara makroskopis faeses cair dan lendir dan pemberian antibiotik.Pemberian antibiotik di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta masih banyak diberikan pada balita penderita diare akut cair. Kata kunci : Diare Akut, Faktor Resiko, Penatalaksanaan.