PENERAPAN RELIGIUSITAS PADA KELUARGA DIFABEL TUNADAKSA FORUM KOMUNIKASI DISABILITAS KUDUS

Penyandang difabel sering mengalami diskriminasi keagamaan salah satunya, yakni hambatan dalam membentuk keluarga sakinah. Keluarga tunadaksa perlu upaya lebih dalam menerapkan religiusitas meski dengan keterbatasan fisiknya. Religiusitas berperan dalam menaungi keluarga sakinah. Menjadi difabel bukan berarti terbebas dari kewajiban dalam membina religiusitas keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan religiusitas pada keluarga difabel tunadaksa Forum Komunikasi Disabilitas Kudus dan faktor pendukung serta penghambatnya. Penelitian lapangan ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara terhadap empat keluarga difabel tunadaksa, masing-masing warga sekitarnya beserta ketua & pembimbing ngaji Forum Komunikasi Disabilitas Kudus serta dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data tersebut, digunakan teknik triangulasi sumber dalam menguji data yang diperoleh. Dalam menganalis data, digunakan reduksi dan penyajian data serta penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada aspek keyakinan keluarga tunadaksa sudah memiliki keyakinan terhadap Tuhannya semenjak kecil dari keluarga. Maka dari itu, dalam aspek pengalaman mereka mampu merasakan kedekatan dengan Allah melalui pengalaman spiritualnya dalam do’a ataupun penyesalan ketika melakukan kesalahan. Pada aspek pengetahuan agama, mereka memiliki tingkat intelektual dan pendidikan yang berbeda namun demikian pada aspek praktik agamanya, mereka tetap mengerjakan kewajibannya sebagai muslim meskipun pada praktinya masih ada beberapa yang belum konsisten ataupun sempurna. Sedangkan aspek pengamalan, mereka memiliki kepedulian yang tinggi dan aktif melibatkan diri terhadap kegiatan lingkungan sekitarnya. Untuk faktor pendukungnya yakni tingkat pendidikan lingkungan dari keluarga & FKDK dan pengalaman spiritual beserta antusiasme yang tinggi dari anggota. Selain itu, faktor penghambatnya ialah pendidikan atau pengajaran yang beragam dari keluarga beserta faktor kehidupan seperti kondisi fisik, keterbatasan akomodasi dan karakter yang berbeda tak jarang menghambat penerapan tersebut.