THE POLITICS OF DEFENDING THE ENVIRONMENTAL : CASE STUDY OF THE GEMPADEWA MOVEMENT IN THE WADAS VILLAGE PURWOREJO

Ditengah situasi kebijakan pembangunan yang mengedepankan aspek ekonomis telah menjadi belenggu yang menerpa keadaan sosial hari ini. Krisis yang menyandra seperti ; krisis agraria, krisis sosial hingga ekologis telah digambarkan dari beberapa wilayah atau kelompok masyarakat yang menjadi korban dibalik istilah pembangunan. Pemerintah melalui agenda MP3EI dan PSN menggencarkan pembangunan yang kerapkali merampas dan memiskinkan masyarakat melalui kebijakan ini pembangunan selalu menjadi alat legitimasi untuk menggusur dan merampas tanah Sehingga fenomena konflik tidak jarang terjadi. Wadas yang menjadi korban dari rencana pembangunan tambang Quarry menjadi bukti utama dari bengisnya skema pembangunan yang dijalankan. Atas dasar tersebut untuk menjaga kelestarian lingkungan dan penghidupan masyarakat Wadas sontak melalukan perlawanan politik untuk membatalkan rencana tersebut melalu reorganisasi politik perjuangan yang disebut GEMPADEWA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif . Adapun sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Adapun langkah-langkah pengumpulan data melalui wawancara terarah, observasi tidak terstruktur, kajian media massa dan pustaka, dan analisis data model interaktif. Acuan teori pada penelitian ini adalah Politik Lingkungan,Konflik, dan Gerakan Sosial Baru. Hasil dari penelitian ini menunjukan gerakan masyarakat peduli alam Desa Wadas (GEMPADEWA) merupakan gerakan sosial baru yang diinisasi oleh masyarakat Wadas yang menolak rencana pertambangan. melalui gerakan solidaritas dan mengidentifikasi diri menjadi identitas yang tertindas. Politik perlawanan yang dilancarkan memiliki beberapa corak dan modelnya yang syarat akan model Gerakan Sosial Baru. Dapat dilihat dari beberapa model, seperti adanya upaya untuk membangun jaringan solidaritas yang luas untuk mendapatkan dukungan politik, beberapa perjuangan litigasi dan non-litigasi; Gugatan PTUN, Kasasi, Audiensi ke beberapa Lembaga negara dan organisasi masyarakat untuk memberikan tekanan politik. Tidak berhenti disitu, upaya non – litigasi seperti Demonstrasi, pemanfaatan mural, dan yang paling adalah pendayagunaan media sosial sebagai alat perjuangan dalam mengkampanyekan isu dan persoalan yang terjadi di Wadas.