PERILAKU OPOSISI POLITIK PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DI ERA PEMERINTAHAN JOKOWI

PKS ( partai keadilan sejahtera) sebagai partai Islam yang lahir pasca Reformasi suka atau tidak suka telah menjadi bagian perkembangan demokrasi di Indonesia. Pasang Surut PKS amat berbeda dengan partai islam lain, setidaknya PKS memulai dengan mentasbihkan sebagai gerakan dakwah saat memasuki perhelatan politik. Bersama dengan Partai Demokrat pernah memberi warna wajah eksekutif. Kini saat memilih diluar pemerintah, sebagai oposisi pemerintahan Joko Widodo ( Jokowi ). Dua periode PKS tetap konsisten berada di luar pemerintah. Demikian Latar belakang studi atau riset ini dilaksanakan melalui basis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Riset ini mencoba menguak sejauh mana prilaku PKS saat berdiri sebagai oposisi.  Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dan  wawancara. Adapun focus riset pada prilaku oposisi PKS saat merespon kebijakan tentang Undang-Undang KeOrmasan, Kebijakan Impor beras, RUU KPK dan RUU IKN. Melalui teori yang diperkenalkan oleh Louwerse dan Otjes bahwa prilaku oposisi ada empat yakni : Oposisi aktif, oposisi pasif, oposisi konstruktif dan oposisi kritis. Menunjukkan bahwa PKS dalam beroposisi terhadap kebijakan yang mengikat warga negara ternyata menunjukkan dua wajah yang berbeda. Kadang berprilaku kritis dan pada saat lain memerankan diri sebagai oposisi aktif. Beroposisi kritis saat merespon kebijikan yang lahir dari eksekutif serta berprilaku sebagai oposisi aktif saat berada di parlemen dalam proses legislasi. Sebagai catatan atas prilaku PKS saat memposisikan sebagai oposisi tidak lepas dari dinamika internal terkait sebagai gerakan dakwah, jumlah kursi di parlemen masih sedikit, sistem politik dan partai non oposisi.