PENGALAMAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II PEREMPUAN YANG MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL DI KLINIK PRATAMA FIRDAUS UMY YOGYAKARTA

Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) termasuk kedalam salah satu dari penyakit kronis yang merupakan masalah utama dalam dunia kesehatan. Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes lebih banyak terjadi pada perempuan. Salah satu faktor dari diabetes melitus pada perempuan dapat menyebabkan disfungsi seksual (DS) pada perempuan, oleh sebab itu perempuan yang mengalami diabetes melitus rentan mengalami disfungsi seksual.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Mengeksplorasi Persepsi pasien diabetes melitus tipe II perempuan yang mengalami disfungsi seksual di Klinik Pratama Firdaus UMY, Yogyakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi dengan pendekatan sampling purposive. Partisipan sebanyak 8 orang perempuan dengan diabetes melitus tipe 2. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur yang dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2022. Partisipan merupakan perempuan yang di kontrol Penyakit DM di Klinik Pratama Firaus Yogyakarta. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa tematik Colaizzi.Hasil: Hasil analisis data didapatkan 3 tema utama yang menggambarkan tentang pengalaman pasien diabetes melitus tipe 2 perempuan yang mengalami disfungsi seksual  yaitu: 1) Gambaran disfungsi seksual, 2) Berusaha menjalani fungsi sebagai istri, 3) dampak disfungsi seksual. Tema 1 memiliki 2 subtema, yaitu: 1) Menurunnya Hasrat Seksualitas, 2) Nyeri Saat Berhubungan Seksual, Tema 2 memiliki 2 subtema, yaitu: 1) Tetap lanjut berhubungan walaupun sakit, 2) Berusaha memuaskan suami, Tema 3 memiliki 2 subtema, yaitu: 1) Merasa Bersalah, 2) Rumah Tangga Menjadi Tidak HarmonisKesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dampak difungsi seksual yang ditimbulkan sangat mempengaruhi kualitas hidup partisipan, dimana partisipan mengalami gangguan saat harus melakukan hubungan seksual mulai dari penurunan hasrat, nyeri, sakit saat berhubungan, menimbulkan perasaan bersalah dan mengakibatkan terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang dapat memicu masalah psikologis seperti merasa harga diri rendah, gangguan citra tubuh, depresi, dan cemas. Hal ini dapat dicegah jika adanya dukungan dari pasangan akan mengerti keadaan istrinya dengan mendorong istirnya untuk rutin melakukan pengobatan dan mengungkapkan sakitnya. Pentingnya juga peranan tenaga kesehatan agar melakukan skrining dan pengkajian seksual secara dini pada pasien yang mengalami diabetes melitus untuk mengetahui adanya tidaknya gangguan disfungsi seksual dan diperlukan juga dokter ahli seksologi dalam menangani pasien yang mengalami disfungsi seksual akibat diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menyusun intervensi secara tepat.