OPTIMASI CROSSLINKING PATI GARUT DAN ALGINAT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI CANGKANG KAPSUL GELATIN DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN

Gelatin merupakan bahan utama cangkang kapsul yang terbuat dari babi dan sapi. Gelatin di Indonesia hampir 100% masih mengimpor dari negara lain. Kandungan gelatin yang tidak halal salah satunya adalah yang berasal dari babi. Mayoritas masyarakat di Indonesia adalah kalangan muslim sehingga menjadi permasalahan karena dilarang untuk mengkonsumsi semua produk yang didalamnya terdapat bahan yang haram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat cangkang kapsul yang halal dan ramah lingkungan dengan menggunakan bahan yang alami. Alternatif bahan alami yang digunakan untuk formulasi cangkang kapsul yaitu pati garut dan natrium alginat. Pati garut dan natrium alginat di tambah dengan bahan lain gliserin dan TiO2 dengan mengunakan metode optimasi formulasi simplex lattice design dengan perbandingan bahan utama natrium alginat dan pati garut 0%:100%, 50%:50%, 100%:0 dan dilakukan uji evaluasi cangkang kapsul yaitu uji spesifikasi mengukur berat dan ukuran. Uji swelling air merendam cangkang di dalam air selama 1 jam. Uji waktu hancur dengan disintegration tester. Hasil evaluasi dibandingkan dengan standar cangkang kapsul. Mencetak salah satu formulasi dengan perbandingan natrium alginat dan pati garut 60%:40% untuk dibandingkan dengan hasil teori dari metode optimasi formulasi simplex lattice design dan praktik valid menggunakan uji independent sample t test. Hasil dari penelitian ini formulasi optimum 100% natrium alginat dan 0% pati garut dengan nilai total respon 1. Uji spesifikasi sesuai dengan standar spesifikasi cangkang kapsul komersil, uji swelling air formula II, waktu hancur kurang dari 15 menit, uji SEM morfologi yang mirip dengan kapsul komersil adalah 100% alginat dan uji FTIR terjadi croslinking fisika dengan adanya ikatan hidrogen pada gelombang 3000-4000 cm-1 . Uji keseragaman berat 2.284 > 2.228 terdapat perbedaan signifikan, uji swelling 0,022 < 2.228 tidak terdapat perbedaan signifikan, dan uji waktu hancur 1,720 < 2.228 tidak terdapat perbedaan signifikan antara hasil teori dari metode optimasi formulasi simplex lattice design dengan hasil praktik yang dilakukan.