GERAKAN LINGKUNGAN BERBASIS KOMUNITAS LITERASI (STUDI KASUS : RUMAH BACA KOMUNITAS DI YOGYAKARTA)

Diskursus tentang urgensi gerakan lingkungan saat ini, penting untuk dicatat bahwa masyarakat dewasa ini masih sangat membutuhkannya. Selain upaya pendidikan kesadaran, tindakan konkret ( Derect Action ) di lapangan juga merupakan bagian yang tak terpisahkan. Ini terkait dengan pentingnya menjaga perilaku peduli terhadap lingkungan yang harus terus diupayakan. Edukasi mengenai lingkungan memiliki peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, gerakan lingkungan perlu mendapat dukungan luas, termasuk dari pemangku kebijakan. Melalui ekoliterasi, masyarakat akan lebih aktif dalam menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatakan kualitatif-deskriptif, data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder, adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu wawancara dan dokumentasi. Teori yang di gunakan teori Capra, 1997 Ekoliterasi merupakan kesadaran seseorang tentang pentingnya lingkungan dan bagaimana manusia dapat memelihara dan melindungi lingkungan hidup. Kerangka kerja ekoliterasi menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi dengan kerangka environmentalis literacy dan ecological literacy karena ketiganya miliki mencakup komponen pengetahuan (knowladge), keterampilan (skill), dan perilaku (behavior) yang serupa (lihat masing-masing komponen).  Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Gerakan lingkungan di Rumah Baca Komunitas terwujud melalui diskursus ekologi, kelas ekoliterasi, riset ekologi, dan kolaborasi dengan komunitas lingkungan internasional. Sasaran gerakan ini adalah anak-anak dan dewasa, yang merupakan generasi penerus yang perlu dibekali kesadaran ekologis sejak dini. Berbagai konsep yang digunakan dalam gerakan ini tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap membuktikan bahwa efektivitasnya dalam memotivasi partisipasi generasi muda. Namun, Rumah Baca Komunitas juga menghadapi kendala eksternal dan internal. Faktor eksternal melibatkan kurangnya kesadaran dan sikap pragmatis generasi muda, yang hanya tertarik pada keuntungan finansial. Di sisi lain, faktor internal termasuk naik turunnya semangat anggota komunitas dan keterbatasan sumber daya yang menghambat konsistensi kerja-kerja komunitas.