IRANI SALSABILA (2023) SELF DISCLOSURE ANAK BROKEN HOME DENGAN ORANG TUANYA PASCA PERCERAIAN: STUDI DESKRIPTIF DI YOGYAKARTA. UNSPECIFIED thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bukti Sumbangan Buku Wisudawan.pdf
Restricted to Registered users only
Download (152kB)
Letter of Accepted.pdf
Restricted to Registered users only
Download (658kB)
Abstrak.pdf
Restricted to Registered users only
Download (219kB)
Artikel Jurnal.pdf
Restricted to Registered users only
Download (369kB)
Daftar Pustaka.pdf
Restricted to Registered users only
Download (217kB)
Abstract
Self Disclosure atau keterbukaan diri merupakan pengungkapan infromasi mengenai diri sendiri yang biasanya tidak diketahui oleh orang lain. Pada kajian komunikasi interpersonal, Self Disclosure ialah salah satu pendekatan paling penting terhadap anak dengan kondisi keluarga broken home. Anak cenderung menutup diri pada keluarga dan lingkungan akibat perceraian orang tua dikarenakan membutuhkan waktu dalam penerimaan diri. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses Self Disclosure anak broken home dengan orang tuanya pasca-perceraian. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara mendalam. Partisipan ditentukan menggunakan teknik purposive sampling dengan partisipan berjumlah tiga orang anak broken home dan tiga orang tua. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sedangkan uji keabsahan data diperiksa menggunakan teknik triangulasi sumber. Temuan dari penelitian ini ialah keluarga dengan kemampuan komunikasi yang baik membuat proses Self Disclosure/keterbukaan diri anak dengan orang tua tetap terjalin meski sudah berpisah. Faktor lingkungan dan usia anak saat terjadi perceraian berpengaruh terhadap penerimaan diri anak pada kondisi keluarganya. Intensitas komunikasi keseharian menjadi salah satu faktor proses keterbukaan diri antara anak dengan orang tuanya dapat terjadi. Topik seputar perkuliahan, kondisi rumah, dan keseharian menjadi pembahasan sederhana yang membawa anak untuk membicarakan personalnya lebih dalam. Dapat dikatakan bahwa tidak semua anak broken home komunikasi yang dilakukan dengan orang tua tidak efektif yang menyebabkan anak cenderung menutup atau membatasi diri dengan orang tua. Kemampuan anak dan orang tua dalam memberikan perhatian khusus satu sama lain menjaga keharmonisaan keluarga meski sudah berpisah.
Item Type: | Thesis (UNSPECIFIED) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Intensitas Komunikasi, Keharmonisan, Keterbukaan Diri |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > Ilmu Komunikasi S1 |
Depositing User: | Eko Kurnawan |
Date Deposited: | 13 Dec 2023 05:38 |
Last Modified: | 13 Dec 2023 05:38 |
URI: | https://etd.umy.ac.id/id/eprint/43006 |