IMPLEMENTASI KETERWAKILAN PEREMPUAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERIODE 2019-2024

Perempuan di Indonesia saat ini dituntut untuk berperan aktif dalam semua bidang tetapi di sisi lain perempuan juga dituntut untuk tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan. Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 memberikan peluang perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam dunia politik. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi keterwakilan perempuan anggota DPRD Gunungkidul periode 2019-2024, apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi keterwakilan perempuan di DPRD Gunungkidul, serta bagaimana strategi optimalisasi keterwakilan perempuan anggota DPRD Gunungkidul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji implementasi keterwakilan perempuan anggota DPRD Gunungkidul pada pemilu 2019, menganalisis faktor-faktor penghambatnya, serta mengetahui dan mengkaji strategi optimalisasi keterwakilan perempuan anggota DPRD Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan teknik pengumpulan data yaitu melalui studi kepustakaan dengan literature-literature yang berhubungan dengan objek penelitian dan teknik wawancara dengan responden dengan menggunakan metode simple random sampling. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa implementasi keterwakilan perempuan di DPRD Gunungkidul pada pemilihan umum 2019 telah terimplementasi dengan cukup baik. Jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Gunungkidul telah mengalami kenaikan dari pemililihan umum sebelumnya, walaupun jumlah tersebut belum mampu mencapai kuota 30%. Faktor-faktor penghambat keterwakilan tersebut diantaranya adalah keterbatasan ruang gerak perempuan, kurangnya sosialisasi, adanya kelompok yang tidak konsekuen, kurangnya kemampuan calon legislatif dalam mengambil kepercayaan pemilih perempuan, belum adanya kebijakan POKIR, dan pendekatan masyarakat yang kurang efektif. Sementara itu strategi yang tepat untuk mengoptimalkan keterwakilan perempuan anggota DPRD Gunungkidul diantaranya dengan penggunaan simbol responsif gender, pembentukan tim relawan, memaksimalkan metode door to door, serta identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye.