NITA NOVITA (2002) PERAN MUHAMMADIYAH DALAM PERGANTIAN KEPEMIMPINAN DARI SOEHARTO KE HABIBIE (MASA KEPEMIMPINAN AMIEN RAIS PERIODE 1995-2000). S1 thesis, UNSPECIFIED.
HALAMAN JUDUL.pdf
Download (2MB)
LEMBAR PENGESAHAN.pdf
Download (296kB)
ABSTRAK.pdf
Download (648kB)
BAB I.pdf
Download (14MB)
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only
Download (10MB)
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only
Download (24MB)
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only
Download (16MB)
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only
Download (1MB)
DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Registered users only
Download (1MB)
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only
Download (2MB)
Abstract
Pertautan Muhammadiyah dengan politik selalu menjadi tema yang menarik dan aktual untuk dikupas. Sebab bagi Muhammadiyah, politik bukanlah sekedar persoalan kekuasaan semata. Politik dipandang sebagai sub sistem dakwah ditiam rangka pengembangan hidup sosial, sehingga Muhammadiyah senantiasa mengupayakan keselarasan antara politik dengan tujuan dakwah yang mengagungkan nilai-nilai dan etika Islam. Dengan menyimak perubahan yang tengah berlangsung, Muhammadiyah selalu mengembangkan corak laku yang penuh dengan kehati-hatian. Sejarah telah menguji kemampuan Muhammadiyah dalam menjawab tantangan dan meraih peluang dari perubahan politik yang terjadi sehingga Muhammadiyah tidak pernah gagap menghada-pi arus perubahan ini. Penelitian deskriptif analitis yang penulis lakukan menunjukkan bahwa Muhammadiyah tetap mampu berperan sebagai kelompk kepentingan yang mendesakkan kepentingannya tanpa harus kehilangan jati diri sebagai gerakan dakwah Islam. Sumbangan yang diberikan Muhammadiyah bagi reformasi politik tetap berada dalam bingkai dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Bahkan masih segaris dengan citra yang dilekatkan padanya sebagai gerakan iajdid yang selalu gelisah melihat segala sesuatu yang mapan dan tak berubah (status quo). Apa yang dilalui Muhammadiyah selama inasa Orde Baru merupakan bagian dari potret perjalanan kekuasaan politik lndonesia khususnya kekuatan Islam dalam menghadapi pembangunan politik pemerintah Orde Baru memberi titik tekan pada penciptaan stabilitas politik dan perceptan pertumbuhan ekonomi melalui ideologi developmentalisme. Konsekuensinya, kekuatan-kekuatan politik potensial di bonsai demi kepentingan pembangunan. Bulan madu antara pemerintah' dengan kelompok politik Islam agaknya hanya berlangsung lebih kurang sepuluih tahun sehingga datangnya krisis multi wajah. Krisis yang menggerus basis legitimasi Orde Baru terscbut memaksa hampir sektru► kekuatan politik Islam berbalik arah menjadi oposisi yang galak bagi pemerintah. Seorang warga Muhatnmadiyah yang kebetulan pimpinan ormas Islam terbesar itu, Amien Rais mengambil posisi sebagai oposan bagi pemerintah Soeharto. Selama tiga tahun kepemimpinan dalam Muhammadiyah, ia melontarkan kritik bertubi-tubi atas praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pemerintah. Kekhawatiran hingga penentangan terhadap langkah yang ditempuhnnya tidak menyurutkan cita-cita menegakkan clean governance dan demokrasi di Indonesia. Sampai akhirnya ia bergandeng tangan dengan komponen lain untuk meruntuhkan rezim yang terbukti korup. Era Indonesia baru pasca reformasi yang relatif bebas dan terbuka tidak pernah mengubah jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan sosial-kemasyarakatan berbasis Islam. Muhammadiyah tidak tergoda mencicipi manis pahitnya memasuki ranah-ranah politik praktis yang penuh hingar bingar perebutan kekuasaan. Dengan demikian, keterlibatan yang cukup kental dalam.politik semata merupakan wujud kepeduliannya terhadap nasib umat dan bangsa.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > Ilmu Pemerintahan S1 |
Depositing User: | Unnamed user with email robi@umy.ac.id |
Date Deposited: | 07 Feb 2024 02:58 |
Last Modified: | 07 Feb 2024 02:58 |
URI: | https://etd.umy.ac.id/id/eprint/44448 |