EVALUASI KESIAPAN PELAYANAN POLI GIGI KLINIK PRATAMA DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR PASCA PANDEMI

Prosedur kerja kedokteran gigi tergolong dalam risiko tinggi transmisi dan kontaminasi patogen. Fasilitas kesehatan tingkat pertama, memegang peranan penting di dalam menyediakan layanan kesehatan di garda terdepan. Dokter gigi dan staff kesehatan lain digaris depan menghadapi ketidakpastian dan dipaksa untuk mengandalkan informasi umum tentang penanganan pasien ketika pandemi dan rekomendasi lain untuk melindungi diri mereka sendiri dan pasien. Oleh karenanya pemerintah Indonesia dan organisasi profesi dokter gigi membuat ketentuan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang harus ditaati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan dari poli gigi di klinik pratama di indonesia dalam menerapkan kewaspadaan standar (tata kelola pasien, kelengkapan standar prosedur operasi, tata kelola ruangan praktik dan fasilitas pendukung, sterilisasi dan desinfeksi, alat pelindung diri, pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan responden tenaga kesehatan pelayanan kesehatan gigi di klinik pratama. Teknik sampel menggunakan total sampling dan didapat sebanyak 26 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner google form. Penelitian kuantitaif ini diolah menggunakan tabel di Microsoft excel, kemudian diurutkan berdasarkan peringkat dari nilai yang paling tertinggi hingga nilai yang paling terendah. Hasil penelitian ditemukan bahwa kesiapan klinik Muhammadiyah dan Aisyiyah terhadap kewaspadaan standar di poli gigi, dari total sampel 26 klinik yang disurvey adalah 54% klinik dengan nilai 1/3 teratas yaitu sebanyak 14 klinik dengan skor 33-49. Kesiapan terhadap kewaspadaan standar yang mudah dipenuhi pada dimensi sterilisasi dan desinfeksi (72,52%), dimensi tata kelola klinik dan fasilitas pendukung (70,11%) dan tata kelola pasien (67,31%). Kesiapan yang cukup sulit dipenuhi pada dimensi APD (66,98%) dan dimensi kelengkapan SPO (60,49%). Sedangkan dimensi pelatihan PPI menjadi area yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh klinik (43,96%). Penelitian ini menunjukkan pentingnya meningkatkan kewaspadaan standar, oleh karena itu ahli kesehatan gigi harus mempunyai tanggung jawab terhadap pencegahan infeksi dan juga mengikuti pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi. Daya dukung klinik gigi juga diperlukan dalam menunjang sarana dan prasana secara lengkap.