ADAB PENUNTUT ILMU (STUDI ANALISIS KOMPARATIF KITAB ADAB AL-ALIM WA AL-MUTA'ALLIM DENGAN KITAB TADZKIRATU AS-SAMI' WA AL-MUTAKALLIM FI ADAB 'ALIM WA AL-MUTA'ALLIM

Adab penuntut ilmu dalam tradisi islam merupakan perihal yang sangat diperhatikan sejak masa lampau. Dewasa ini banyak terjadi kasus loss of adab yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kepustakaan, yaitu penelitian yang sumbernya adalah buku-buku perpustakaan sekaligus menjadi objek kajian. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Imam anNawawi dengan Kitab Tadzkiratu as-Sami’ wa al-Mutakallim Fi Adab ‘Alim wa alMuta’allim karya Imam Ibnu Jama’ah. Teknik pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode dokumentasi (documenter study) setelah terkumpul data dan literatur yang dibutuhkan untuk diteliti, kemudian datadata tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah data-data tersebut dianalisis secara deskriptif, penulis mengkomparasikan dari kedua pemikiran tokoh terkait adab penuntut ilmu dengan menggunakan metode komparatif. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep adab penuntut ilmu menurut Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Jama’ah serta menjelaskan persamaan dan perbedaan konsep adab penuntut ilmu menurut kedua tokoh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adab penuntut ilmu menurut Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Jama’ah terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu: Pertama, adab seorang penuntut ilmu kepada dirinya. Kedua: adab seorang penuntut ilmu kepada gurunya. Ketiga, adab seorang penuntut ilmu kepada teman dan majelis. Adapun perbedaan konsep penuntut ilmu dalam kedua kitab tersebut terbagi menjadi tiga hal, pertama, terkait adab penuntut ilmu kepada dirinya, selain menekankan aspek religiositas, Imam Ibnu Jama’ah menambahkan agar penuntut ilmu untuk memperhatikan jasmaninya dengan menjaga kesehatan, tidur yang cukup serta memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Kedua, terkait adab penuntut ilmu kepada guru, selain memperhatikan hubungan batin antara murid dan guru, Imam Ibnu Jama’ah juga menambahkan adab berjalan dan memberikan barang kepada guru. Ketiga, terkait adab penuntut ilmu kepada teman dan di dalam majelis keduanya sepakat tentang pentingnya menghormati dan bekerja sama dengan teman. Namun, Ibnu Jama'ah lebih rinci dalam memberikan panduan tentang saling menasihati dan menghindari perselisihan, sementara an-Nawawi menekankan pentingnya tidak iri hati. Dengan adanya perbedaan tersebut tidak menunjukkan adanya pertentangan, namun justru saling memperkaya dan memperjelas konsep adab penuntut ilmu.