PENGASUHAN DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BANTUL (STUDI PUTUSAN: NO.1422/PDT.G/2018/PA.BTL)

Perkawinan merupakan suatu hubungan yang lahir dari ikatan lahir batin seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Namun kenyataannya tujuan perkawinan banyak yang tidak tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan adanya perceraian maka terdapat persoalan yang ditimbulkan antara lain hak pemeliharaan anak apabila selama perkawinan dikaruniai anak. Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah siapakah yang mendapat hak asuh anak berdasarkan putusan perkara No.1442/Pdt.G/2018/PA.Btl dan Bagaimana tanggung jawab orang tua terhadap anak setelah perceraian berdasarkan putusan perkara No.1442/Pdt.G/2018/PA.Btl. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hak asuh anak jatuh kepada siapa berdasarkan perkara putusan: No.1422/Pdt.g/2018/PA.Btl, dan pelaksanaan tanggung jawab orang tua dalam hal orang tua bercerai. Penelitian ini menggunakan hukum normatif empiris, dengan menggunakan sumber data sekunder dan primer. Sumber data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, dan untuk sumber data primer terdiri dari lokasi pengambilan data, teknik pengambilan sampel, dan responden. Hasil penelitian yaitu (1) hak asuh anak secara implisit jatuh kepada ibu dikarenakan anak masih di bawah umur (belum berumur 12 tahun) dan sejak sebelum perceraian terjadi anak sudah ikut bersama ibunya. (2) pelaksanaan tanggung jawab orang tua bercerai sesuai Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 104 ayat (1) KHI yang menyebutkan bahwa Bapak dan Ibu tetap berkewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya, serta Bapak memiliki kewajiban atas seluruh biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan.