RAFIF FAIRUZTAMA (2024) STUDY ON DEVELOPING A SINGLE CURRENCY AREA FOR ASEAN-5 COUNTRIES. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Halaman Judul.pdf
Download (287kB)
Lembar Pengesahan.pdf
Restricted to Registered users only
Download (536kB)
Abstrak.pdf
Restricted to Registered users only
Download (27kB)
Bab I.pdf
Download (209kB)
Bab II.pdf
Restricted to Registered users only
Download (512kB)
Bab III.pdf
Restricted to Registered users only
Download (359kB)
Bab IV.pdf
Restricted to Registered users only
Download (297kB)
Bab V.pdf
Restricted to Registered users only
Download (528kB)
Bab VI.pdf
Restricted to Registered users only
Download (101kB)
Daftar Pustaka.pdf
Restricted to Registered users only
Download (125kB)
Lampiran.pdf
Restricted to Registered users only
Download (574kB)
Naskah Publikasi.pdf
Restricted to Registered users only
Download (487kB)
Full Text.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (3MB)
Abstract
Dalam konteks perubahan lanskap ekonomi global di mana terdapat upaya bersama untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan di tengah-tengah munculnya negara-negara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) yang mengadvokasi sistem keuangan multipolar, konsep mata uang bersatu dalam ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina) mendapatkan momentum. Menurut data pada tahun 2022, negara-negara ini merupakan kekuatan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN, menyumbang 80 persen dari PDB, perdagangan, dan kegiatan investasi kawasan tersebut. Selain itu, negara-negara ini memiliki kerangka kerja keuangan dan institusional yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Studi ini mengevaluasi kelayakan pembentukan Area Mata Uang Optimum di antara negara-negara ini, dengan tujuan meningkatkan integrasi ekonomi regional dan ketahanan ekonomi. Dengan menggunakan data dari Januari 2010 hingga Desember 2023, penelitian ini menganalisis kekuatan mata uang setiap negara ASEAN-5 terhadap mata uang utama seperti Dolar Amerika Serikat (USD), Poundsterling Inggris (GBP), Yen Jepang (JPY), dan Yuan China (CNY), bersama dengan indikator makroekonomi termasuk Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga overnight, dan total cadangan minus emas. Kedua analisis kemudian diintegrasikan untuk masing-masing negara guna menunjukkan kinerja ekonomi secara keseluruhan baik dari sudut pandang mata uang maupun ekonomi makro, di mana analisis integrasi digunakan untuk menentukan ambang batas minimum untuk menentukan negara mana yang layak dalam pembentukan mata uang tunggal di kawasan ASEAN-5 yang terpadu guna mengurangi guncangan ekonomi regional dan mendorong stabilitas ekonomi berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan model ARIMA untuk perkiraan kinerja masa depan dan Sistem Peringatan Dini (EWS) untuk menilai kinerja mata uang. Studi ini mengidentifikasi Yuan China (CNY) sebagai jangkar yang paling stabil dan cocok untuk unit mata uang tunggal. Temuan lebih lanjut menyarankan bahwa Thailand, Filipina, dan Singapura layak untuk menginisiasi pembentukan uni moneter di fase pertama karena negara-negara tersebut memiliki sinergi ekonomi dan ketangguhan makroekonomi yang diperlukan. Sementara itu, Indonesia dan Malaysia dapat bergabung pada fase berikutnya setelah mereka memenuhi prasyarat yang diperlukan. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan perlunya optimalisasi dalam memperkuat kekuatan ekonomi regional di ASEAN-5 juga koordinasi kebijakan antar pemangku kebijakan untuk menghadapi tantangan ekonomi di masa depan. Penelitian ini memberikan wawasan penting dalam diskusi global tentang penguatan ekonomi regional bersama dan diversifikasi dari dolar AS.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | ASEAN-5, Optimum Currency Area, Single Currency, Monetary Union, Economic Integration. |
Divisions: | Fakultas Ekonomi dan Bisnis > Ekonomi S1 |
Depositing User: | Yuliana Ramawati |
Date Deposited: | 28 Oct 2024 07:31 |
Last Modified: | 28 Oct 2024 07:31 |
URI: | https://etd.umy.ac.id/id/eprint/48513 |