POLA KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI KONFLIK PADA PASANGAN PERNIKAHAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK

Pernikahan menjadi simbol keseriusan dalam suatu hubungan. Pernikahan tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pasangan dalam berumah tangga salah satunya adalah mempunyai keturunan. Pasangan suami istri yang dihadapkan dengan masalah yaitu belum mempunyai anak maka secara bertahap akan menyebabkan konflik dalam hubungan mereka. Tidak adanya kehadiran anak akan menjadi pemicu dan mengakibatkan interaksi konflik pada pasangan suami istri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan pola komunikasi dalam interaksi konflik pada pasangan pernikahan yang belum memiliki anak. Narasumber pada penelitian ini, yaitu OL dan UC, MB dan RW serta ML dan EI yang merupakan pasangan pernikahan yang belum memiliki anak dengan usia pernikahan diatas 10 tahun. Ketiga pasangan tersebut memiliki sumber dan bentuk konflik serta pola komunikasi yang berbeda-beda. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap informan yang telah ditemukan oleh peneliti dengan metode teknik analisis data interaktif. Uji validitas dalam penelitian ini berupa triangulasi sumber Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasangan OL dan UC memiliki sumber konflik yaitu, keinginan yang belum tercapai, perasaan frutasi dan perbedaan pendapat dengan bentuk konfliknya adalah marah, ribut dan adu argumen. Hasil yang didapatkan bahwa pola komunikasi dalam interaksi konflik pada pasangan OL dan UC adalah pola seimbang terpisah. Pada pasangan MB dan RW memiliki sumber konflik yaitu, kondisi kesehatan pasca insiden (keguguran), perbedaan pendapat dan memikirkan stigma sosial dengan bentuk konfliknya adalah berdiskusi dan sedih. Hasil yang didapatkan bahwa pola komunikasi dalam interaksi konflik pada pasangan pernikahan MB dan RW adalah pola persamaan. Pada pasangan ML dan EI memiliki sumber konflik yaitu, kondisi kesehatan pasca insiden (keguguran), keterbatasan biaya dan waktu, dan perbedaan pendapat dengan bentuk konfliknya adalah diam, menghindar dan adu argumen. Hasil yang didapatkan bahwa pola komunikasi dalam interaksi konflik pada pasangan pernikahan ML dan EI adalah pola tak seimbang terpisah.