ANALISIS DAN PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

<p>Proyek konstruksi merupakan serangkaian kegiatan yang memiliki tujuan untuk menghasilkan pembangan dengan adanya batas waktu dan biaya tertentu. Salah satu proyek konstruksi yang banyak dilakukan di Indonesia yaitu proyek konstruksi gedung bertingkat. Proyek konstruksi pembangunan gedung bertingkat memiliki kerumitan yang tinggi dalam hal pengadaan materialnya. Dalam proyek konstruksi pembangunan gedung bertingkat terdapat beberapa pihak yang menjadi penyokong untuk penyelesaian proyek. Hubungan antara pihak terkait tersebut dapat disebut sebagai mata rantai proses produksi yang menghasilkan produk konstruksi bernama <em>supply chain</em>. Desain <em>supply chain </em>yang buruk dapat menghasilkan permasalahan baru dalam pelaksana proyek. Jika <em>supply chain</em> pada proyek konstruksi buruk, maka biaya proyek dapat menignkat sebesar 10%. Dalam mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan penilaian kinerja dari <em>Supply Chain Management </em>(SCM). Dalam melakukan perhitungan kinerja <em>Supply Chain Management </em>(SCM) dapat dilakukan dengan metode <em>Supply Chain Operation Reference </em>(SCOR). Metode ini telah digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu. Terdapat dua peneliti terdahulu yang telah menggunakan metode <em>Supply Chain Operation Reference </em>(SCOR) untuk menilai kinerja <em>Supply Chain Management </em>(SCM) pada proyek pembangunan gedung bertingkat. Dalam penelitian ini digunakan metode <em>Supply Chain Operation Reference </em>(SCOR) pada dua proyek yang sedang berjalan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil penelitian bahwa didapatkan 15 indikator penilaian kinerja <em>Supply Chain Management </em>(SCM). Dari 15 indikator didapatkan bahwa Proyek A memiliki nilai kinerja <em>Supply Chain Management </em>(SCM) sebesar 69 dan Proyek B sebesar 62, Kesimpulan yang didapat bahwa terdapat delapan pekerjaan kritis pada Proyek A dan sembilan delapan pekerjaan kritis pada Proyek B. Dari pekerjaan kritis tersebut diketahui bahwa kedua proyek memiliki nilai kinerja rata-rata (<em>average</em>).</p>