BETWEEN SURVIVABILITY AND NATIVISM: JAPAN MIGRANT WORKERS POLICY UNDER SHINZO ABE ADMINISTRATION 2012– 2020

Muhammad Rizky Maulana (2021) BETWEEN SURVIVABILITY AND NATIVISM: JAPAN MIGRANT WORKERS POLICY UNDER SHINZO ABE ADMINISTRATION 2012– 2020. S1 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

[thumbnail of Halaman Judul] Text (Halaman Judul)
Halaman Judul.pdf

Download (323kB)
[thumbnail of Lembar Pengesahan] Text (Lembar Pengesahan)
Lembar Pengesahan.pdf
Restricted to Registered users only

Download (186kB)
[thumbnail of Abstrak] Text (Abstrak)
Abstrak.pdf
Restricted to Registered users only

Download (143kB)
[thumbnail of Bab I] Text (Bab I)
Bab I.pdf

Download (278kB)
[thumbnail of Bab II] Text (Bab II)
Bab II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (601kB)
[thumbnail of Bab III] Text (Bab III)
Bab III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (347kB)
[thumbnail of Bab IV] Text (Bab IV)
Bab IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (150kB)
[thumbnail of Daftar Pustaka] Text (Daftar Pustaka)
Daftar Pustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (186kB)
[thumbnail of Naskah Publikasi] Text (Naskah Publikasi)
Naskah Publikasi.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
Full Text.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

<p>Jepang sudah lama terkenal sebagai negara yang enggan membuka pintu bagi pendatang. Dalam kemajuan globalisasi dan menyusutnya populasi di negara itu, sikap Jepang dalam imigrasi untuk menyelamatkan populasinya di ambang kepunahan belum terlihat secara signifikan. Dampak dari masalah demografi adalah pasokan tenaga kerja semakin berkurang, dan Jepang mencoba menggunakan teknologi robot dan meningkatkan partisipasi ekonomi bagi perempuan (womennomics). Sayangnya, upaya tersebut tidak menyelesaikan semua masalah perburuhan, ada kebutuhan pekerja rumah tangga 3K (kitanai/kotor, kiken/berbahaya, kitsui/menuntut) yang tidak mau diisi oleh orang Jepang. Situasi dilematis ini mendorong perlunya kebijakan keimigrasian pintu terbuka. Kebijakan keimigrasian yang buruk, misalnya TITP yang banyak dikritik sebagai perbudakan gaya baru. Kebijakan Abe yang membuka kedatangan tenaga kerja asing namun dengan aturan yang ketat menunjukkan kebijakan yang tidak konsisten dan tidak menyelesaikan masalah baik penurunan populasi tenaga kerja maupun tenaga kerja. Artikel ini berargumen bahwa masalah identitas telah menjadi faktor dilematis Jepang untuk menjaga identitas dan kemurnian mereka sebagai orang Jepang. Lebih lanjut, masalah ini diperparah dengan hadirnya xenophobia dan nativisme di Jepang, membuat orang Jepang sulit menerima orang asing sebagai bagian dari masyarakat Jepang. Masalah Identitas Penulis menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder sebagai sumber data yang diteliti dalam artikel ini.</p>

Item Type: Thesis (S1)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > Hubungan Internasional S1
Depositing User: Unnamed user with email robi@umy.ac.id
Date Deposited: 13 Dec 2021 04:00
Last Modified: 13 Dec 2021 04:00
URI: https://etd.umy.ac.id/id/eprint/6693

Actions (login required)

View Item
View Item