MANAJEMEN STRATEGI AKSESIBILITAS TRANSPORTASI PUBLIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEMARANG SEBAGAI GREEN CITY

Adanya peningkatan kendaraan pribadi setiap tahunnya membuat Pemerintah Kota Semarang merancang sebuah transportasi publik yang diberi nama Trans Semarang. Pada tahun 2009, Trans Semarang mulai beroperasional dan hingga saat ini telah terdapat 8 koridor dan 4 feeder yang tersebar di Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Dalam riset penelitian menggunakan 5 indikator yakni: perumusan strategi, implementasi strategi, evaluasi strategi, location-based accessibility, dan sistem kelembagaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi peningkatan aksesibilitas yang terdiri dari kerja sama dengan ITDP, GIZ, Bappeda, dan Transjakarta. Kerjasama yang dilakukan yaitu membangun perencanaan transportasi berkelanjutan dan pengembangan dedicated line. Selain itu, adanya pemanfaatan CNG untuk mengurangi emisi gas buang pada knalpot armada Trans Semarang. Kemudian, adanya pemanfaatan teknologi seperti pembuatan aplikasi Trans Semarang. Di sisi lain, adanya evaluasi yang dilakukan BLU UPTD Trans Semarang untuk mengontrol jalannya operasional baik internal maupun eksternal. Pengembangan sistem kelembagaan juga berpengaruh besar dalam pengembangan SDM seperti adanya persyaratan khusus dan pelatihan khusus yang dilakukan oleh anggota Trans Semarang.