IMPLEMENTASI PROGRAM DIGITALISASI UMKM MELALUI RUMAH BUMN YOGYAKARTA

Usaha Mikro Kecil dan Menengah dianggap dapat membantu perekonomian negara Indonesia. Sehingga Kementerian BUMN mendirikan Rumah BUMN untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan dengan memberikan program pelatihan dalam hal digitalisasi, fasilitasi UMKM untuk masuk dalam platform e-commerce, webinar dan workshop. Rumah BUMN ini telah tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia, dan Bank BRI merupakan salah satu Bank yang mendukung program ini di Yogyakarta. Rumah BUMN Yogyakarta melakukan program digitalisasi yang dilakukan dilakukan agar UMKM dapat memanfaatkan teknologi digital dan dapat meningkatkan penjualan dalam memasarkan produknya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi program digitalisasi UMKM melalui Rumah BUMN Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan Merilee S. Grindle dengan menggunakan 2 variabel yaitu orientasi proses dan orientasi hasil. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu wawancara bersama 7 narasumber, kemudian data sekunder dilakukan dengan dokumentasi, dan observasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program digitalisasi UMKM yang diberikan oleh Rumah BUMN Yogyakarta sudah terlaksana dengan baik dan sudah memenuhi teori implementasi kebijakan dengan cukup baik. Dalam pelaksanaannya Rumah BUMN Yogyakarta rutin dalam melakukan program digitalisasi di setiap tahunnya, selain itu juga menjembatani UMKM untuk mengikuti pameran di dalam negeri hingga luar negeri. Para pelaku UMKM juga merasakan manfaat dengan mengikuti program digitalisasi yaitu meningkatkan pemahaman terhadap pemasaran dan meningkatkan penjualan produk. Dalam penelitian ini diharapkan kepada Rumah BUMN Yogyakarta untuk menyediakan materi yang lebih advanced, dimana materi yang disediakan terlalu basic karena beberapa pelaku UMKM sudah memahami materi basic tersebut, narasumber yang dihadirkan kebanyakan dari akademisi, dan info program pelatihan yang dibagikan di media sosial dan website kurang informatif.