NILAI PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM PADA KISAH AL-QUR'AN SURAT AL BAQARAH DALAM TAFSIR AL-AZHAR BUYA HAMKA

Degradasi moral di kalangan siswa cukup memprihatinkan. Perlu adanya pencegahan dan penanggulangan yang harus dilakukan dari dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan menanamkan nilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kisah-kisah dalam surat Al Baqarah agar nilai-nilai psikologi pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya dapat direpresentasika dalam kehidupan. Pemahaman tentang nilai-nilai tersebut diharapkan dapat membentuk perilaku Islami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan analisis hermeneutika menurut Paul Recoeur. Dengan pendekatan tersebut, penelitian ini menemukan 16 kisah di dalam surat Al Baqarah. Kisah-kisah tersebut diantaranya ialah: kisah Nabi Adam, kisah Nabi Musa, kisah Nabi Sulaiman, kisah Nabi Ibrahim, kisah Nabi Ya'qub, kisah Nabi Muhammad, kisah Nabi Ismail, kisah Sapi Betina, kisah Bani Israil, kisah pelanggar hari Sabtu, kisah Thalut dan Jalut, kisah pembangunan Ka'bah, kisah pengalihan kiblat, kisah Fir'aun, kisah Namrudz, dan kisah pemuda yang tertidur lama. Dari 16 kisah tersebut, kisah-kisah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu kisah para Nabi, kisah Bani Israil, kisah Ka'bah, kisah orang terdahulu. Dari kisah-kisah surat Al Baqarah tersebut, penelitian ini menemukan lima kategori nilai psikologi pendidikan Islam, yaitu 1) spiritualitas, 2) keadilan, 3) kemanusiaan, 4) keunggulan, 5) kelapangan dada. Penerapan nilai-nilai psikologi pendidikan Islam tersebut pada pendidikan Islam yaitu dengan cara 1) modelling, analisis masalah, penanaman nilai kontekstual, keteladan, pembiasaan (dalam kategori nilai spiritualitas); 2) penugasan siswa secara adil, memberikan reward, saling menghargai (dalam kategori nilai keadilan); 3) mengenalkan sifat-sifat Allah, mengadakan bakti sosial, memberikan keteladanan (dalam kategori nilai kemanusiaan); 4) memberikan pendidikan moral, budi pekerti, dan nasihat, membangun tokoh idola, bermain peran, memotivasi siswa, program pelatihan tentang ketrampilan, persaingan dan peluang usaha dalam dunia kerja, serta pelatihan mental (dalam kategori nilai keunggulan); 5) keteladanan, menanamkan rasa syukur, membuat kantin kejujuran (dalam kategori nilai kelapangan).